Im the Winner

12/18/2013 05:46:00 AM


Date : Senin, 04 Desember , 06:00 WIB
      Lagu “I Knew You Were Trouble” Taylor Swift  menyentak-nyentak dari dalam MP3 Hello Kitty kesayanganku. Reflek aku mengikuti gerakan dari lagu yang bertempo cepat ini. Aku tahu semua lagu Taylor Swift dari album pertama sampai terakhir, bisa dibilang aku ini swifties –fans berat Tay- yang hmm.. pernah merasakan hal yang sama dengan lagu-lagu yang ditulis sama Taylor Swift. Setidaknya lagu ini bisa menjadi pelampiasan kekesalanku terhadap Rendy, cowok paling menyebalkan yang juga berstatus sebagai mantan pacarku. Oh ya, perkenalkan namaku Azalea. Hobby ku menulis cerpen dan menulis artikel di blog. Ini mungkin bakat warisan Mum dan kak Dewi yang berprofesi sebagai penulis novel terkenal. Mataku menerawang ke luar jendela mobil, teringat akan kompetisi sebuah situs majalah di internet yang mengadakan sayembara. Mengarang cerpen bertemakan “Fairy Tale”  dan sayembara ditutup 3 hari lagi. What a sucks moment! Ughh.. aku mendengus pelan.
“Non Lea, sudah sampai sekolah. Mau turun disini atau di depan gerbang?” Suara Pak Ujang membuyarkan lamunanku. Pak Ujang adalah sopir yang setia mengantarkan kemanapun aku pergi. Tidak seperti Rendy, yang banyak alasan ketika aku memintanya mengantarkanku ke suatu tempat.
“Disini aja pak. Nanti di jemput jam 5 sore ya, jangan telat”
      Aku turun dari mobil lalu melangkahkan kakiku ke pintu gerbang sekolah, suasana masih sepi. Maklum, ini masih pagi dan jam pelajaran pertama baru akan dimulai 45 menit lagi. Itu tandanya bagus, berarti Rendi belum datang karena ia langganan berurusan dengan guru piket gara-gara hobby telat. Aku selalu berusaha menghindarinya dengan cara datang ke sekolah lebih awal dan pulang secepat mungkin, meskipun kelas kita letaknya saling berjauhan. Bertemu dengannya, membuat hatiku semakin perih. Wajahku yang kelihatan cuek dan masa bodoh ketika berhadapan dengannya hanyalah topeng untuk menutupi perasaan pahit ini. Ya, baru kemarin lusa aku putus lagi dengannya. Hubungan kita hampir satu tahun setengah, tapi begitulah putus-nyambung.
      Memasuki kelas dengan tatapan kosong, memikirkan seperti apa cerpen yang akan kubuat nantinya agar bisa mendapatkan gelar “The 1st Winner”. Hadiahnya lumayan, bisa dibuat untuk liburan akhir semester. Hitung-hitung untuk meyukseskan program move on dari Rendi, aku tersenyum kecil membayangkan liburanku yang bakalan menyenangkan walaupun tanpa dia sekalipun. Aku kan bukan tipikal kebanyakan cewek cengeng.
“Auwww...” Nathan si ketua kelas datang dari arah belakang tiba-tiba menjitak kepalaku. Aku yang tidak terima langsung memukul pelan lengan Nathan dan memasang wajah cemberut. “Apa-apaan sih lo, bikin badmood aja”
“Makanya jangan kebanyakan ngelamun. Kasambet arwah Michael Jackson baru tau rasa”
“Keren dong Nath, entar gue bisa nge-dance keren kayak dia. Hehe” sahutku.
“Emang bisa sampai segitunya ya, Le?. Lagian Michael Jackson juga nggak bakalan mau kalau disuruh gentayangan di Indonesia”
“Tau deh Nath, capek nanggepin omongan lo”
“Hahaha. Baru digodain segitu aja udah marah. Le, elo itu lucu banget kalo lagi marah”
“Gombal nih?”
“Beneran kok. Tuh, hapusin tulisan yang ada di papan tulis. Hari ini jadwal lo piket kan?”
“Iyaaaa....” Jawabku sambil menyeret kakiku ke depan kelas dengan malas dan mulai menghapus papan tulis. Tetap memikirkan  sayembara mengarang cerpen ..........


Date : Selasa, 05 Desember  , 15:53
      Pak Anwar baru saja selesai menerangkan rumus-rumus  Matematika di depan kelas. Aku tidak terlalu memperhatikan beliau berbicara tentang betapa pentingnya belajar Matematika untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Buktinya? Aku juga tidak menggunakan rumus tersebut dalam cerpen yang sering aku buat. Parahnya, aku selalu memasukkan pelajaran Matematika sebagai pelajaran yang tidak disenangi oleh para pelajar umumnya pada cerpenku sendiri.
“Le, nanti pulang sekolah mampir ke rumahku bentar ya” Nathan menjawil lenganku dari belakang tempat dudukku.
“Emang ada apa Nath?”
“Bantuin aku ngerjakan PR Fisika minggu lalu. Aku nggak paham sama sekali sama materinya”
“Yaampun, hampir lupa! PR yang 40 soal itu kan Nath?. Gue aja belom ngerjain. Akhir-akhir ini kan banyak tugas numpuk soalnya minggu depan kita udah ulangan semester”
“Ya begitulah, mau bagaimana lagi? Mau ya ??” Nathan menatapku dengan tatapan memelas.
Aku terdiam, teringat akan rencana sayembara cerpenku yang sama sekali belum menemukan gambaran tentang alur penceritaannya. Aku membalikkan badan ke depan dan mendengarkan dengan seksama Pak Anwar membagikan tugas Matematika.
“Le, ntar gue yang ngerjain PR Matematika punya elo deh. Ya?”
Terpaksa aku mengiyakan ajakan Nathan, PR Fisika dan Matematika harus dikumpulkan besok. Kalau saja bisa di ulur minggu depan. Aku merutuki kebodohanku sendiri karena Rendi, aku seperti tak punya semangat setelah putus dengannya dan mengurung diri di kamar. Dan dengan tidak tahu malunya kemarin malam ia mengirim pesan singkat yang intinya ingin hubungan kita tetap lanjut –yang membuatku makin muak terhadap sikapnya- . Biasanya aku selalu menyempatkan diri online untuk mencari informasi lomba-lomba mengarang, tapi gara-gara masalah tersebut aku terlalu memikirkannya sehingga aku seperti malas mengerjakan apapun. Dan ini darurat! Aku butuh refreshing setidaknya ke luar pulau tempat tinggalku untuk melupakan masalahku dengan Rendi. Mum tidak mau membiayai liburanku kali ini dengan alasan biaya kuliah kakakku di luar negeri. Aku menyandarkan kepalaku di atas meja. Kepalaku rasanya mau meledak!
14:30
      Bel sekolah baru saja berbunyi. Nathan menyeretku paksa keluar dari kelas. Aku dengan air muka yang tidak dalam keadaan goodmood berjalan dengan menunduk. Poniku tertiup angin. Nathan mengacak-acak rambutku.Ia sudah aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri. Rumah kita berjarak hanya satu kompleks. Aku sendiri tak tahu sedang bernasip apa bisa 6 tahun selalu berada di sekolah yang sama dengannya.
“Nath, traktir gue es krim depan sekolah dong. Hari ini mood lagi jelek nih”
“Oh, pantesan dari tadi pagi bawaanya cemberut mulu. Judes lo makin tambah keliatan tuh. Pasti elo mikirin sayembara cerpen itu kan?”
“Kok elo bisa tau sih?”
“Yaampun Le, udah berapa kali elo ngeluh belum nemuin ide cerita ke gue. Ha? Udah ratusan kali mungkin”
“Iya sih, terus gimana dong Nath? Terakhir ngumpulin tuh besok ...” ujarku putus asa
“Yaudah, nggak usah ikut sayembara. Masalah liburan akhir semester elo bisa ikut  bareng keluarga gue. Kan seru “
“Tapi gue yang gaenak, tahun lalu kan udah. Kali ini gue mau liburan sendiri”
“Terserah deh, ayo keburu pulang penjual es krim nya”
      Yah, bakalan jadi hari yang melelahkan. PR Matematika 2 bab, sedangkan PR Fisika 40 soal dan berita bagusnya besok guru bahasa Jepang mau mengadakan ulangan bab 1 sampai 5. Tapi nggak tau kenapa kalau ada Nathan, setidaknya semuanya masih tetap baik-baik saja menurutku.
Date : Rabu, 06 Desember , 09:35
      Percaya nggak? Tadi pagi Rendi datang ke kelasku. Mau ngajak balikan, dengan susah payah aku nahan air mata  dan ada perang batin dalam hatiku ini. Aku menolaknya mentah- mentah, sudah cukup aku dipermainkan olehnya. Akhirnya, aku menang atas perasaanku sendiri yang setengah mati mengaharap Rendi kembali lagi sebelumnya. Berita bagusnya Nathan mau akting jadi pacar baruku dan mengusir Rendi pergi dari hadapanku. Berita buruknya, aku belum mendapatkan ide sayembara cerita.
17:09
      Lagu Taylor Swift sudah aku dengarkan semuanya. Tapi belum ada satu inspirasi yang masuk ke dalam otakku ini.
18:00
      6 jam lagi sayembara akan ditutup. Oh pleaseeeee.... aku harus gimana? . Tiba-tiba suatu ide itu muncul di benakku. Mengcopas hasil cerpen kakakku yang sudah lama. Tapi, aku tahu itu perbuatan curang.
18:30
      Demi apapun juga! Aku butuh uang itu untuk liburanku kali ini. Aku membuka kamarnya yang berada di samping kamarku, lalu kunyalakan komputernya. Sial! Ternyata ada passwordnya. Lalu kucoba ku ketikkan tanggal lahirnya “10091992”. Berhasil, yes! Kutancapkan flashdisk ke dalam USB lalu aku mengcopy folder ‘My own short story’
19:00
      Setelah 30 menit memilih cerpen yang sesuai dengan  tema sayembara, dan berhasil mengeditnya. Tinggal kirim. Tetapi aku tetap menggerakkan kursor mouse ke atas dan ke bawah, bingung. Kirim atau tidak.
21:04
      Aku menggerakkan dengan lincah jari jemariku di atas keyboard. Ide cerita itu muncul dengan sendirinya setelah lagu Love Story mengalun di headsetku. Ku klik tombol send ke alamat situs majalah yang menyelenggarakan sayembara tersebut.
1 minggu kemudian .....
      Aku membolak-balik halaman halaman majalah yang baru saja aku beli. Sampai jus jeruk di sebelahku nyaris jatuh ke lantai atau kemungkinannya akan jatuh membasahi celana Nathan yang berada di sebelahku. Ia kebingungan melihatku seperti orang yang kebakaran jenggot. Eh? Tapi aku tidak mempunyai jenggot. OKE, kebakaran poni saja. Nah, Ketemu! Ternyata ada di halaman paling tengah. Aku melihat juara 1 kemudian 2 kemudian 3... bukan namaku yang tercantum disana.
“Le, lo juara harapan 2” aku mengangguk lemas
“Lo, udah jadi pemenang Le. Menang karena pertama, lo udah menangin perasaan lo terhadap Rendi yang sebenernya  mainin perasaan lo. Kedua, lo menang soalnya lo nggak ngirim karya cerpen  kakak lo. Bisa jadi lo menang gara gara karya kakak lo itu tapi itu hasil lo main curang. Itu semua gak ada artinya”Ucap Nathan sambil mengelus pelan rambutku. Aku hanya tersenyum dalam hati. Dan aku tahu, siapa pengganti Rendi :)

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images