Date
: Senin, 04 Desember , 06:00 WIB
Lagu “I Knew You Were Trouble” Taylor Swift menyentak-nyentak dari dalam MP3 Hello Kitty
kesayanganku. Reflek aku mengikuti
gerakan dari lagu yang bertempo cepat ini. Aku tahu semua lagu Taylor Swift
dari album pertama sampai terakhir, bisa dibilang aku ini swifties –fans berat
Tay- yang hmm.. pernah merasakan hal yang sama dengan lagu-lagu yang ditulis
sama Taylor Swift. Setidaknya lagu ini bisa menjadi pelampiasan kekesalanku
terhadap Rendy, cowok paling menyebalkan yang juga berstatus sebagai mantan
pacarku. Oh ya, perkenalkan namaku Azalea. Hobby ku menulis cerpen dan menulis
artikel di blog. Ini mungkin bakat warisan Mum dan kak Dewi yang berprofesi
sebagai penulis novel terkenal. Mataku menerawang ke luar jendela mobil,
teringat akan kompetisi sebuah situs majalah di internet yang mengadakan
sayembara. Mengarang cerpen bertemakan “Fairy Tale” dan sayembara ditutup 3 hari lagi. What a
sucks moment! Ughh.. aku mendengus pelan.
“Non Lea, sudah sampai
sekolah. Mau turun disini atau di depan gerbang?” Suara Pak Ujang membuyarkan
lamunanku. Pak Ujang adalah sopir yang setia mengantarkan kemanapun aku pergi. Tidak
seperti Rendy, yang banyak alasan ketika aku memintanya mengantarkanku ke suatu
tempat.
“Disini aja pak. Nanti di
jemput jam 5 sore ya, jangan telat”
Aku turun dari mobil lalu melangkahkan kakiku ke pintu gerbang
sekolah, suasana masih sepi. Maklum, ini masih pagi dan jam pelajaran pertama
baru akan dimulai 45 menit lagi. Itu tandanya bagus, berarti Rendi belum datang
karena ia langganan berurusan dengan guru piket gara-gara hobby telat. Aku
selalu berusaha menghindarinya dengan cara datang ke sekolah lebih awal dan
pulang secepat mungkin, meskipun kelas kita letaknya saling berjauhan. Bertemu
dengannya, membuat hatiku semakin perih. Wajahku yang kelihatan cuek dan masa
bodoh ketika berhadapan dengannya hanyalah topeng untuk menutupi perasaan pahit
ini. Ya, baru kemarin lusa aku putus lagi dengannya. Hubungan kita hampir satu
tahun setengah, tapi begitulah putus-nyambung.
Memasuki kelas dengan tatapan kosong, memikirkan seperti apa
cerpen yang akan kubuat nantinya agar bisa mendapatkan gelar “The 1st Winner”.
Hadiahnya lumayan, bisa dibuat untuk liburan akhir semester. Hitung-hitung
untuk meyukseskan program move on dari Rendi, aku tersenyum kecil membayangkan
liburanku yang bakalan menyenangkan walaupun tanpa dia sekalipun. Aku kan bukan
tipikal kebanyakan cewek cengeng.
“Auwww...” Nathan si ketua
kelas datang dari arah belakang tiba-tiba menjitak kepalaku. Aku yang tidak
terima langsung memukul pelan lengan Nathan dan memasang wajah cemberut.
“Apa-apaan sih lo, bikin badmood aja”
“Makanya
jangan kebanyakan ngelamun. Kasambet arwah Michael Jackson baru tau rasa”
“Keren
dong Nath, entar gue bisa nge-dance keren kayak dia. Hehe” sahutku.
“Emang
bisa sampai segitunya ya, Le?. Lagian Michael Jackson juga nggak bakalan mau
kalau disuruh gentayangan di Indonesia”
“Tau
deh Nath, capek nanggepin omongan lo”
“Hahaha.
Baru digodain segitu aja udah marah. Le, elo itu lucu banget kalo lagi marah”
“Gombal
nih?”
“Beneran
kok. Tuh, hapusin tulisan yang ada di papan tulis. Hari ini jadwal lo piket
kan?”
“Iyaaaa....” Jawabku sambil
menyeret kakiku ke depan kelas dengan malas dan mulai menghapus papan tulis.
Tetap memikirkan sayembara mengarang
cerpen ..........
Date
: Selasa, 05 Desember , 15:53
Pak Anwar baru saja selesai menerangkan rumus-rumus Matematika di depan kelas. Aku tidak terlalu
memperhatikan beliau berbicara tentang betapa pentingnya belajar Matematika
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Buktinya? Aku juga tidak
menggunakan rumus tersebut dalam cerpen yang sering aku buat. Parahnya, aku
selalu memasukkan pelajaran Matematika sebagai pelajaran yang tidak disenangi
oleh para pelajar umumnya pada cerpenku sendiri.
“Le, nanti pulang sekolah
mampir ke rumahku bentar ya” Nathan menjawil lenganku dari belakang tempat
dudukku.
“Emang ada apa Nath?”
“Bantuin aku ngerjakan PR
Fisika minggu lalu. Aku nggak paham sama sekali sama materinya”
“Yaampun, hampir lupa! PR
yang 40 soal itu kan Nath?. Gue aja belom ngerjain. Akhir-akhir ini kan banyak
tugas numpuk soalnya minggu depan kita udah ulangan semester”
“Ya begitulah, mau
bagaimana lagi? Mau ya ??” Nathan menatapku dengan tatapan memelas.
Aku terdiam, teringat akan
rencana sayembara cerpenku yang sama sekali belum menemukan gambaran tentang
alur penceritaannya. Aku membalikkan badan ke depan dan mendengarkan dengan
seksama Pak Anwar membagikan tugas Matematika.
“Le, ntar gue yang ngerjain
PR Matematika punya elo deh. Ya?”
Terpaksa aku mengiyakan
ajakan Nathan, PR Fisika dan Matematika harus dikumpulkan besok. Kalau saja
bisa di ulur minggu depan. Aku merutuki kebodohanku sendiri karena Rendi, aku
seperti tak punya semangat setelah putus dengannya dan mengurung diri di kamar.
Dan dengan tidak tahu malunya kemarin malam ia mengirim pesan singkat yang
intinya ingin hubungan kita tetap lanjut –yang membuatku makin muak terhadap
sikapnya- . Biasanya aku selalu menyempatkan diri online untuk mencari
informasi lomba-lomba mengarang, tapi gara-gara masalah tersebut aku terlalu
memikirkannya sehingga aku seperti malas mengerjakan apapun. Dan ini darurat!
Aku butuh refreshing setidaknya ke luar pulau tempat tinggalku untuk melupakan
masalahku dengan Rendi. Mum tidak mau membiayai liburanku kali ini dengan
alasan biaya kuliah kakakku di luar negeri. Aku menyandarkan kepalaku di atas
meja. Kepalaku rasanya mau meledak!
14:30
Bel sekolah baru saja berbunyi. Nathan menyeretku paksa keluar
dari kelas. Aku dengan air muka yang tidak dalam keadaan goodmood berjalan
dengan menunduk. Poniku tertiup angin. Nathan mengacak-acak rambutku.Ia sudah
aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri. Rumah kita berjarak hanya satu
kompleks. Aku sendiri tak tahu sedang bernasip apa bisa 6 tahun selalu berada
di sekolah yang sama dengannya.
“Nath,
traktir gue es krim depan sekolah dong. Hari ini mood lagi jelek nih”
“Oh,
pantesan dari tadi pagi bawaanya cemberut mulu. Judes lo makin tambah keliatan
tuh. Pasti elo mikirin sayembara cerpen itu kan?”
“Kok
elo bisa tau sih?”
“Yaampun
Le, udah berapa kali elo ngeluh belum nemuin ide cerita ke gue. Ha? Udah
ratusan kali mungkin”
“Iya
sih, terus gimana dong Nath? Terakhir ngumpulin tuh besok ...” ujarku putus asa
“Yaudah,
nggak usah ikut sayembara. Masalah liburan akhir semester elo bisa ikut bareng keluarga gue. Kan seru “
“Tapi
gue yang gaenak, tahun lalu kan udah. Kali ini gue mau liburan sendiri”
“Terserah deh, ayo keburu
pulang penjual es krim nya”
Yah, bakalan jadi hari yang melelahkan. PR Matematika 2 bab,
sedangkan PR Fisika 40 soal dan berita bagusnya besok guru bahasa Jepang mau
mengadakan ulangan bab 1 sampai 5. Tapi nggak tau kenapa kalau ada Nathan,
setidaknya semuanya masih tetap baik-baik saja menurutku.
Date : Rabu, 06 Desember ,
09:35
Percaya nggak? Tadi pagi Rendi datang ke kelasku. Mau ngajak
balikan, dengan susah payah aku nahan air mata
dan ada perang batin dalam hatiku ini. Aku menolaknya mentah- mentah,
sudah cukup aku dipermainkan olehnya. Akhirnya, aku menang atas perasaanku
sendiri yang setengah mati mengaharap Rendi kembali lagi sebelumnya. Berita
bagusnya Nathan mau akting jadi pacar baruku dan mengusir Rendi pergi dari
hadapanku. Berita buruknya, aku belum mendapatkan ide sayembara cerita.
17:09
Lagu Taylor Swift sudah aku dengarkan semuanya. Tapi belum ada
satu inspirasi yang masuk ke dalam otakku ini.
18:00
6 jam lagi sayembara akan ditutup. Oh pleaseeeee.... aku harus
gimana? . Tiba-tiba suatu ide itu muncul di benakku. Mengcopas hasil cerpen
kakakku yang sudah lama. Tapi, aku tahu itu perbuatan curang.
18:30
Demi apapun juga! Aku butuh uang itu untuk liburanku kali ini.
Aku membuka kamarnya yang berada di samping kamarku, lalu kunyalakan
komputernya. Sial! Ternyata ada passwordnya. Lalu kucoba ku ketikkan tanggal
lahirnya “10091992”. Berhasil, yes! Kutancapkan flashdisk ke dalam USB lalu aku
mengcopy folder ‘My own short story’
19:00
Setelah 30 menit memilih cerpen yang sesuai dengan tema sayembara, dan berhasil mengeditnya.
Tinggal kirim. Tetapi aku tetap menggerakkan kursor mouse ke atas dan ke bawah,
bingung. Kirim atau tidak.
21:04
Aku menggerakkan dengan lincah jari jemariku di atas keyboard.
Ide cerita itu muncul dengan sendirinya setelah lagu Love Story mengalun di
headsetku. Ku klik tombol send ke alamat situs majalah yang menyelenggarakan
sayembara tersebut.
1 minggu kemudian .....
Aku membolak-balik halaman halaman majalah yang baru saja aku
beli. Sampai jus jeruk di sebelahku nyaris jatuh ke lantai atau kemungkinannya
akan jatuh membasahi celana Nathan yang berada di sebelahku. Ia kebingungan
melihatku seperti orang yang kebakaran jenggot. Eh? Tapi aku tidak mempunyai
jenggot. OKE, kebakaran poni saja. Nah, Ketemu! Ternyata ada di halaman paling
tengah. Aku melihat juara 1 kemudian 2 kemudian 3... bukan namaku yang
tercantum disana.
“Le, lo juara harapan 2”
aku mengangguk lemas
“Lo, udah jadi pemenang Le.
Menang karena pertama, lo udah menangin perasaan lo terhadap Rendi yang
sebenernya mainin perasaan lo. Kedua, lo
menang soalnya lo nggak ngirim karya cerpen
kakak lo. Bisa jadi lo menang gara gara karya kakak lo itu tapi itu
hasil lo main curang. Itu semua gak ada artinya”Ucap Nathan sambil mengelus
pelan rambutku. Aku hanya tersenyum dalam hati. Dan aku tahu, siapa pengganti
Rendi :)